Jutaan orang diperkirakan akan mengalami kecacatan terkait dengan penggunaan merkuri yang sembarangan. Bahkan sampai saat ini beberapa daerah di Indonesia sudah menunjukkan tanda-tanda akibat keracunan merkuri, diantaranya adalah Bombana di Sulawesi Tenggara, Sekotong di Lombok Barat, dan Cisitu yang terletak di Banten. Data tersebut diperoleh dari pengamatan Bali Fokus pada bulan Maret 2015.
Ketiga daerah tersebut ternyata adalah pusat pertambangan emas tradisional dan berskala kecil. Menurut salah seorang peneliti Bali Fokus, Yuyun Ismawati, penambangan emas skala kecil berpotensi besar menyumbang emisi merkuri sebesar 37% karena penggunaannya yang sembarangan.
Sebagai contoh, tambang emas di Cisitu Banten sudah beroperasi selama 15 tahun dan menggunakan merkuri sebanyak 50 ton per tahun. Sementara di Sekoton Lombok Barat yang sudah beroperasi selama 10 menggunakan lebih banyak merkuri yaitu sekitar 70 ton per tahun.
Ketiga tambang emas tersebut hanyalah beberapa dari sekian banyak tempat yang menjadi tambang emas skala kecil di Indonesia yang diperkirakan berjumlah sekitar 800 titik. Bisa dibayangkan dari 800 titik itu apabila menggunakan merkuri secara sembarangan. Padahal tidak hanya tambang emas saja yang menggunakan merkuri tetapi juga tambang lain seperti batubara, minyak dan gas, serta krim pemutih.
Dampak penggunaan merkuri secara berlebihan pernah terjadi di Jepang. Jika penggunaan merkuri secara tak terkendali terus menerus dilakukan, bukan tak mungkin malapetaka akibat penggunaan merkuri secara berlebihan akan terjadi di Indonesia.
0 comments:
Post a Comment